Desa Meraung dan Takdir Pak Wiryo
Di pojok Desa Meraung yang sunyi, berdiri sebuah rumah tua yang nyaris menyatu dengan kegelapan pepohonan. Itu adalah rumah Pak Wiryo, seorang pria paruh baya dengan kulit keriput dan tatapan mata yang menyimpan banyak rahasia. Rumahnya tak jauh dari tanah pemakaman desa, sebuah tempat yang setiap harinya ia bersihkan dengan telaten, seolah-olah setiap nisan adalah saksi bisu kehidupannya. Selain mengurus kuburan, Pak Wiryo juga adalah marbot musholla kampung, sebuah bangunan kecil yang berdekatan dengan sumur tua, sumur yang selalu diselimuti aura angker.
Penduduk Desa Meraung sudah terbiasa dengan keberadaan sumur tua itu. Konon, arwah-arwah penasaran sering bergentayangan di sekitarnya, menarik siapa saja yang berani mendekat untuk merasakan dinginnya air yang tak pernah mengering. Namun, Pak Wiryo tak pernah gentar. Setiap subuh, ia menimba air dari sumur itu untuk berwudhu, tak peduli dengan bisikan-bisikan angin atau bayangan samar yang kadang melintas di sudut matanya. Ia percaya, imannya adalah perisai terkuat.
Beberapa waktu belakangan, desas-desus aneh mulai menyebar di Desa Meraung. Tanaman-tanaman di sekitar sumur tua layu tanpa sebab, dan hewan-hewan kecil sering ditemukan mati di dekatnya. Penduduk mulai khawatir, namun tak ada yang berani menyelidiki lebih jauh. Hanya Pak Wiryo yang tetap teguh, menjalankan rutinitasnya tanpa peduli.
Suatu malam, setelah seharian membersihkan makam dan mengumandangkan adzan di musholla, Pak Wiryo merasa tenggorokannya kering kerontang. Ia pun bergegas ke sumur tua. Bulan sabit menggantung tipis di langit, memberikan cahaya remang-remang yang menambah kesan mistis pada sumur itu. Dengan keyakinan penuh, ia menimba air dan meminumnya hingga tandas.
Paginya, warga Desa Meraung dikejutkan oleh teriakan pilu dari rumah Pak Wiryo. Mereka mendapati Pak Wiryo tergeletak di lantai, tubuhnya kejang-kejang, busa memenuhi bibirnya. Wajahnya membiru, matanya melotot seolah melihat sesuatu yang mengerikan di saat-saat terakhirnya. Tak ada yang bisa menolongnya. Dalam hitungan menit, Pak Wiryo menghembuskan napas terakhir.
Penyelidikan sederhana dilakukan oleh warga. Mereka menemukan sisa air di gelas Pak Wiryo, air yang sama dengan yang ia minum dari sumur tua. Dokter desa yang datang hanya bisa menyimpulkan bahwa Pak Wiryo meninggal karena keracunan parah. Namun, misteri tentang mengapa air sumur itu menjadi beracun tak pernah terpecahkan.
Sejak kematian Pak Wiryo, sumur tua itu semakin dihindari. Beberapa warga bersumpah mendengar suara Pak Wiryo menggumamkan doa-doa dari dalam sumur di malam-malam tertentu, seolah arwahnya masih terikat dengan tempat yang dulu ia layani. Desa Meraung kini tak hanya dikenal karena letaknya yang terpencil, tetapi juga karena misteri sumur tua yang merenggut nyawa Pak Wiryo, menyisakan pertanyaan abadi tentang racun yang tak terlihat dan kekuatan gaib yang mungkin saja bersembunyi di kedalamannya.

Comments
Post a Comment