Sugeng si supir angkot yang sepertinya kurang mujur

Sugeng sudah puluhan tahun menggantungkan hidupnya dari setir angkot. Setiap pagi ia berangkat lebih awal, berharap bisa dapat banyak penumpang. Namun, belakangan ini jalanan terasa semakin sepi. Kursi-kursi kosong di angkotnya lebih banyak daripada yang terisi. Sugeng hanya bisa menghela napas, sebab ia tahu penyebabnya: sekarang orang-orang lebih memilih taksi online yang dianggap lebih nyaman dan praktis.



Di tengah kesedihan itu, Sugeng mulai berpikir. “Apa aku juga harus ikut arus? Jadi driver taksi online?” gumamnya. Semakin hari, keinginan itu makin kuat. Ia tak mau terus kalah bersaing. Akhirnya, dengan penuh nekat, Sugeng memutuskan mengambil cicilan mobil baru agar bisa mendaftar sebagai driver taksi online.

Hari pertama ia resmi meluncur dengan mobil barunya, ada rasa bangga sekaligus lega. Kini Sugeng merasa bisa bersaing. Namun, kenyataan tak semanis harapan. Setiap hari ia harus menyisihkan uang untuk cicilan mobil, ditambah biaya bensin, servis, dan perawatan. Penumpang memang ada, tapi hasil bersihnya tidak sebesar yang ia bayangkan.

Lama-lama, Sugeng merasa semakin sumpek. Uang hasil kerjanya cepat habis, kepalanya penuh pikiran tentang cicilan yang menumpuk. Ia sadar, berganti roda dari angkot ke taksi online tidak serta-merta membuat hidupnya lebih ringan.

Sugeng kembali duduk termenung di balik kemudi, memandang jalan raya yang sibuk. Ia sadar, perjuangan mencari nafkah memang tak pernah mudah, apa pun kendaraan yang ia pilih.


Comments