Sungai penuh buaya!

Kau duduk di ujung perahu dayung kecil, kayunya tua dan berderit pelan setiap kali bergeser. Malam begitu pekat, hanya cahaya bulan yang terselip di antara ranting-ranting pohon memberi sedikit penerangan. Sungai di bawahmu mengalir pelan, tapi bukan tenang—airnya gelap, keruh, dan dingin, seolah menyimpan sesuatu di kedalamannya.



Di kejauhan, suara riak air terdengar... tapi bukan dari dayungmu. Sesuatu bergerak. Kau menoleh, dan di balik semak-semak di tepi sungai, sepasang mata merah menyala menatapmu. Lalu sepasang lagi. Dan lagi. Kau sadar: kau tidak sendiri. Sungai ini penuh buaya. Mereka diam, mengintai, menunggu.

Angin malam membawa bau lumpur dan sesuatu yang lebih tua, lebih busuk. Pohon-pohon di sekelilingmu menjulang seperti bayangan, dan setiap cabang tampak seperti tangan yang ingin meraihmu. Tidak ada suara manusia. Tidak ada tanda-tanda peradaban. Hanya kau, perahu ini, dan sungai yang tak kau tahu ke mana akan membawamu.

Kau mendayung pelan, berharap tidak menarik perhatian. Tapi sungai ini... terasa hidup. Seolah mengamati setiap gerakanmu. Dan kau mulai bertanya-tanya: apakah sungai ini punya ujung? Atau hanya membawa siapa pun yang berani masuk ke dalamnya... semakin jauh... sampai tak bisa kembali?

Comments